KEMANA DIMANA DESA Desaku dulu indah Desaku dulu nyaman Desaku dulu ramai Desaku sekarang sepi Kemana orang-orang? Dimana keguyuban dulu? Kemana semua orang? Kemana tetangga? Desaku dulu guyub Desaku dulu ramai Desaku sekarang sepi Kemana anak-anak bermain di saat Padhang Mbulan? Kemana Ayah-Ayah yang ngobrol melepas lelah kerjanya. Kemana ibu-ibu yang ngrumpi di Malam hari? Kemana? Kemana? Kemana? Kemana dos dosan? Kemana suramandaan? Kemana utit-utitan? Kemana pemuda-pemudi mengaji? Kemana pemuda-pemuda gagah desaku Mereka pergi ke kota….. Kemana sambatan? Kemana kerigan? Kemana Paseduluran? Dimana Paradesa yang oleh orang disebut sebagai surga? Paradise…. Begitulah mereka menyebutnya… Yang dulu menjadi orang tua dari kota Tanpa harus dituakan!!! Kemana mereka? Mereka hanya menikmati ilusi…. Menikmati delusi…. Menikmati halusinasi…. Kota menganggap mereka penganut animisme Penganut dinamisme Tanpa mengerti makna “ISME” sedang mereka ber “litererisme”
Masuk ke dalam ruangan yang tak bertepi, masih beratap dan tak jelas lantainya. Masih terbatas, berborder dengan ilmu pengetahuan, rasa, pemikiran, dan segala batas ketidakmampuan. Dalam ruangan/space yang seminyata dan semimaya, kucurahkan isi pemikiran yang terfilter oleh hati/perasaan. Mengindahkan logika dan realita, merayu alam mengharap kepuasan, terkalahkan oleh nafsu, terbelenggu dalam kebingungan, semuanya tersimpan dalam angan.